Friday, September 30, 2016

Apa Rezim Ini Pro PKI?

Peringatan G30S/PKI Sepi, MUI: Apa Rezim Ini Pro PKI?

Demonstran menolak PKI (ilustrasi). (Antara/Rosa Panggabean)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tengku Zulkarnain, mengkritik sepinya peringatan 30 September untuk mengenang jenderal yang terbunuh oleh PKI. Seharusnya pemerintah menginstruksikan untuk memasang bendera setengah tiang. 
"Tujuh jenderal dibunuh PKI, tahun Ini tidak ada perintah pasang bendera setengah tiang tanggal 30 September. Apa rezim Ini pro PKI ya?" tanyanya lewat kicauan di Twitter, Jumat (30/9). 
Gerakan 30 September PKI 1965 atau yang juga akrab disingkat G-30 S/PKI kembali menjadi perbincangan hangat di lini masa. Di Twitter, G-30 S/PKI menjadi salah satu trending topic

Sejumlah netizen bahan memajang foto-foto jenderal yang selama ini dianggap menjadi korban keganasan PKI. Di antaranya seperti Mayjend S. Parman, Mayjend Soeprapto dan Mayjend MT. Haryono.  "Mari sejenak kita mendoakan para pahwalan yang gugur dalam G-30 S/PKI," tulis akun Gen4Defender, Jumat (30/9).

Seorang netizen menyayangkan minimnya pemberitaan tragedi ini. Media arus utama lebih banyak memberitakan sidang kopi Jessica atau Pilkada. "G-30 S/PKI seakan menghilang ditutupi sidang kopi Jessica ataupun Pilkada," tulis akun Cullenfebr


MEDAN – Peringatan 30 September untuk mengenang Jenderal yang dibunuh oleh PKI di Medan, Jumat (30/9/2016) sepi. Tidak ada himbauan dari Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kota Medan mengintruksikan instansi dan masyarakat memasang bendera setengah tiang seperti tahun tahun sebelumnya.
Sejumlah masyarakat mempertanyakan hal itu. Andi warga Medan tembung mengaku heran. Karena hingga pukul 13.00 WIB tidak ada satupun tetangganya memasang bendera setengah tiang. “Aku sebenrnya sudah mau pasang. Sudah ku siapkanpun benderanya. Tapi kulihat kok nggak ada yang pasang. Ku tunggu juga sampai jam 1 tapi nggak ada yang pasang. Ya sudah aku juga nnggak masang,” jelasnya.
Berdasarkan pantauan M24.CO, hingga sore tadi tidak terlihat satupun rumah warga dan kantor pemerintahan yang memasang bendera setengah tiang. Yusuf pengemudi becak bermotor yang biasa mangkal di Carefour juga mengaku tidak melihat bendera setengah tiang di rumah warga. Padahal dia mengaku sudah berkeliling kota dan gang gang warga. “Memang ada apa bang. Aku sudah keliling dari pagi sampai sore nggak ada orang masang bendera setengah tiang. Mulai dari jalan skip sampai tanjung gusta. Nggak ada kulihat satupun bendera,” tegasnya.
Setelah diberi penjelasan perihal peringatan G 30S/PKI baru dia mengangguk. “O iya, ya.. aku juga lupa bang. Padahal dulu sering ada filmnya,” tuturnya.
Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tengku Zulkarnain, mengkritik sepinya peringatan 30 September untuk mengenang jenderal yang terbunuh oleh PKI. Seharusnya pemerintah menginstruksikan untuk memasang bendera setengah tiang.
“Tujuh jenderal dibunuh PKI, tahun Ini tidak ada perintah pasang bendera setengah tiang tanggal 30 September. Apa rezim Ini pro PKI ya?” tanyanya lewat kicauan di Twitter, Jumat (30/9).
Gerakan 30 September PKI 1965 atau yang juga akrab disingkat G-30 S/PKI kembali menjadi perbincangan hangat di lini masa. Di Twitter, G-30 S/PKI menjadi salah satu trending topic
Sejumlah netizen bahan memajang foto-foto jenderal yang selama ini dianggap menjadi korban keganasan PKI. Di antaranya seperti Mayjend S. Parman, Mayjend Soeprapto dan Mayjend MT. Haryono.  “Mari sejenak kita mendoakan para pahwalan yang gugur dalam G-30 S/PKI,” tulis akun Gen4Defender, Jumat (30/9).
Seorang netizen menyayangkan minimnya pemberitaan tragedi ini. Media arus utama lebih banyak memberitakan sidang kopi Jessica atau Pilkada. “G-30 S/PKI seakan menghilang ditutupi sidang kopi Jessica ataupun Pilkada,” tulis akun Cullenfebr.
Di era Orde Baru, setiap malam 30 September selalu ditayangkan film tentang keganasan PKI. Pemutaran dan fakta dalam film itu memang kontroversial.
Sejumlah pihak mempertanyakan kebenaran alur cerita dalam fim itu. Pemutaran film itu dianggap hanya sebagai propaganda Orde Baru. Setelah zaman reformasi, pemutaran film tersebut ditiadakan.(Red)
Photo Tengku Zulkarnain
Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tengku Zulkarnain, mengkritik sepinya peringatan 30 September untuk mengenang jenderal yang terbunuh oleh PKI. Seharusnya pemerintah menginstruksikan untuk memasang bendera setengah tiang.

"Tujuh jenderal dibunuh PKI, tahun Ini tidak ada perintah pasang bendera setengah tiang tanggal 30 September. Apa rezim Ini pro PKI ya?" tanyanya lewat kicauan di Twitter, Jumat (30/9).

Gerakan 30 September PKI 1965 atau yang juga akrab disingkat G-30 S/PKI kembali menjadi perbincangan hangat di lini masa. Di Twitter, G-30 S/PKI menjadi salah satu trending topic.
Sejumlah netizen bahan memajang foto-foto jenderal yang selama ini dianggap menjadi korban keganasan PKI. Di antaranya seperti Mayjend S. Parman, Mayjend Soeprapto dan Mayjend MT. Haryono.  "Mari sejenak kita mendoakan para pahwalan yang gugur dalam G-30 S/PKI," tulis akun Gen4Defender, Jumat (30/9).

Seorang netizen menyayangkan minimnya pemberitaan tragedi ini. Media arus utama lebih banyak memberitakan sidang kopi Jessica atau Pilkada. "G-30 S/PKI seakan menghilang ditutupi sidang kopi Jessica ataupun Pilkada," tulis akun Cullenfebr.

Di era Orde Baru, setiap malam 30 September selalu ditayangkan film tentang keganasan PKI. Pemutaran dan fakta dalam film itu memang kontroversial.

Sejumlah pihak mempertanyakan kebenaran alur cerita dalam fim itu. Pemutaran film itu dianggap hanya sebagai propaganda Orde Baru. Setelah zaman reformasi, pemutaran film tersebut ditiadakan.
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Contact Us

Name

Email *

Message *